Surat Sakti Umar kepada Sungai Nil

Surat Sakti Umar kepada Sungai Nil

Lentingan - Umar bin Khattab ra adalah salah satu dari sepuluh sahabat yang dikabarkan oleh Rasulullah ﷺ sebagai penghuni surga. Pada masa kekhalifahannya banyak terjadinya futuhat (Penaklukan) di berbagai penjuru negara mulai dari Jazirah Arab, Irak, Syam, Mesir dan sebagainya.

Pasca penaklukan kota Mesir oleh kaum muslimin dibawah komando Amru bin ‘Ash. Ada sebuah fenomena unik yang terjadi pada Sungai Nil. Yaitu tentang sebuah adat tradisi yang telah dilakukan oleh orang-orang terdahulu, secara turun temurun hingga pada saat penaklukan kota Mesir berlangsung.

Untuk lebih lanjut mari kita simak penuturan dari Imam Ibnu Katsir, beliau menyebutkan bahwa, “Ketika Mesir di taklukkan, penduduknya mendatangi Amru bin ‘Ash tepat ketika masuk bulan Bu’unah yang merupakan salah satu bulan penanggalan orang ‘Ajam. Mereka berkata, “Wahai Amir (komandan), sungai Nil kami ini memiliki tradisi yang dengannya arus sungai ini bisa mengalir.” Amru bertanya, “Apa tradisi itu?” Mereka menjawab, “Lewat 12 malam dari bulan ini (Bu’unah), biasanya kami akan mencari seorang perawan dan kami akan mengambilnya dari kedua orang tuanya, kami berusaha agar keduanya merelakan anaknya tersebut kami bawa. Setelah itu kami akan menghiasnya dengan berbagai perhiasan dan pakaian yang paling indah, setelah itu kami akan korbankan dirinya dengan menenggelamkannya ke sungai tersebut.”

Amru bin ‘Ash menjawab, “Tradisi ini tidak akan mungkin terulang dalam Islam. Sesungguhnya Islam akan meruntuhkan segala tradisi sebelumnya.” Akhirnya mereka tidak berbuat apa-apa sejak bulan Bu’unah, Abib dan Masra (Bu’unah, Abib dan Masra adalah merupakan nama-nama bulan orang-orang Qibti, yaitu bulan ke 10-11-12 secara berturut-turut (Lihat Futuh Misr, 203 dalam Hamisy)) Sementara air Sungai Nil tidak sedikitpun mengalir, hingga penduduk Mesir telah bersiap-siap untuk mengungsi. Akhirnya Amru menulis surat kepada Umar ra memberitakan kejadian tersebut. Umar  menjawab isi surat Amru dan berkata. “Sesungguhnya kebijakan yang kau ambil sudah tepat, dan aku telah mengirim bersama surat ini sebuah kartu. Maka lemparkanlah kartu ini ke Sungai Nil.”

Sesampainya surat itu ke tangan Amr, ia segera mengambil kartu tersebut, dan ternyata di dalamnya tertulis: ‘Dari hamba Allah Umar bin al-Khatthab kepada Sungai Nil milik penduduk Mesir, Amma ba ‘du, jika engkau mengalir karena dirimu dan atas keinginanmu sendiri maka tidak perlu kau mengalir dan kami tidak begitu membutuhkan dirimu tetapi jika engkau mengalir karena perintah Allah Yang Maha Esa dan Perkasa, sebab Dialah yang membuatmu mengalir maka kami bermohon kepada Allah agar membuatmu mengalir.’

Maka segera Amru melemparkan kartu itu ke sungai Nil. Tepat di pagi hari sabtu Allah telah mengalirkannya dan permukaan air bertambah sebanyak 16 hasta dalam satu malam, dan Allah telah merubah tradisi lama mereka di Mesir sejak tahun itu hingga hari ini.

Demikian, sekilas gambaran orang-orang yang benar-benar berserah diri kepada Islam. Ia pasti akan meninggalkan segala hal yang menyelisihi dan dilarang oleh agama. Meskipun hal tersebut merupakan sebuah adat istiadat yang sudah turun temurun dijalankan oleh orang-orang terdahulu dan beratus tahun lamanya. Akan tetapi, ketika ia menyelisihi ajaran agama Islam, dengan hati yang ikhlas ia merelakan hal tersebut untuk ditinggalkan.

Namun, tetap saja ada yang masih melakukan adat tradisi orang-orang terdahulu dan bentuknya pun bisa dikatakan tidak jauh berbeda dengan apa yang terjadi pada sungai Nil tersebut. Padahal mereka adalah orang-orang yang mengaku sebagai muslim dan jelas-jelas perbuatan yang dilakukannya tersebut menyelisihi ajaran agama Islam dan keyakinannya sebagai seorang muslim.

Semoga Allah senatiasa memberikan taufiknya kepada kita agar diteguhkan di atas jalan orang-orang yang diberi nikmat oleh-Nya.

Sumber : www.kiblat.net

Tidak ada komentar:

| Copyright © 2013 Lentingan Kabar Berita Indonesia dan Islam